Rollaas White Tea

Rollaas White Tea merupakan produk teh spesial yang melalui rangkaian sistem pemilihan, pemetikan dan proses pengolahan kuncup daun teh secara khusus.

Rollaas White Tea bahannya diambil dari kebun Teh Wonosari milik Perkebunan PTPN XII (Persero) yang bersuhu 22 hingga 24 derejat celcius, sebab selain menawarkan suasana tersebut, produk tehnya sangatlah berbeda dibandingkan dengan kebun teh daerah lainnya di Indonesia. Rollaas White Tea berasal dari kuncup daun teh pilihan yang dipetik diwaktu tertentu yaitu sebelum terbitnya matahari dengan tujuan menjaga bentuk dan kualitas daun teh agar tetap segar, diolah dengan proses panning pada hari itu juga yang berarti tanpa melalui proses oksidasi enzimatis membuat kandungan anti oksidan dan zat yang bermanfaat lainnya tetap terjaga dengan baik. Dengan bahan baku dan proses pengolahan yang panjang Rollaas White Tea merupakan teh terbaik dan termahal untuk saat ini.

White Tea atau Teh Putih adalah daun teh yang belum diawetkan dan di oksidasi dan dapat disimpulkan bahwa White Tea mengandung lebih sedikit kafein dibandingkan dengan jenis teh lainnya. Terlebih warna dan aroma yang ringan membuat teh ini sangat cocok dinikmati di segala suasana dan mudah di terima oleh segala usia.

White Tea merupakan jenis teh yang masih terdengar asing, terutama apabila dibandingkan dengan popularitas teh hitam dan teh hijau. Kurang populernya White Tea bukan tanpa sebab, karena teh tersebut ternyata merupakan jenis teh yang paling langka dan paling mahal di dunia. Harganya yang tinggi menjadikan White Tea kadang digunakan sebagai simbol status sosial seseorang. Karena harga yang tinggi itu pula yang menyebabkan tidak banyak orang mengkonsumsinya sehingga kurang populer.

Secara eksklusif, White Tea yang berasal dari zaman Dinasti Song (1279-690 SM) pada awalnya hanya dikonsumsi oleh Kaisar dan keluarganya atau pejabat kerajaan, dan hanya diproduksi secara terbatas. White Tea akan tetap menjadi teh yang eksklusif dan dinikmati di Cina saja seandainya pada tahun 1891 Cina tidak memulai ekspor komoditi teh ini ke negara-negara Asia dan Eropa yang memiliki tradisi minum teh. Sehingga dengan adanya ekspor tersebut, White Tea mulai dikenal di luar Cina dan kini White Tea boleh dinikmati siapa saja.

White Tea terbuat dari helaian pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan belum mekar yang dipetik secara hati-hati, dimana pucuk muda (biasa disebut peko) ini masih diselaputi rambut halus berwarna putih perak, sehingga memberi kesan warna putih beludru, yang nantinya bila mengering akan berubah warna menjadi putih. White Tea diproses secara alami dan minimal yaitu hanya melalui pelayuan dan pengeringan dengan bantuan angin dan sinar matahari pegunungan segera setelah proses pemetikan dilakukan, tanpa mengalami proses oksidasi/fermentasi maupun penggilingan sehingga tidak merusak bentuk teh yang sebenarnya.

Di negara asalnya Cina, rahasia proses pelayuan White Tea bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya. Seperti di daerah Fujian yang mengandalkan pada kondisi iklim serta tradisi tiap keluarga, dimana White Tea dengan grade tertinggi (supreme grade) dibuat dari hanya tunas daun teh pilihan, adapun grade dibawahnya (high grade) dibuat dari tunas daun dan 2 daun kuncup pertama, yang dipetik pada musim semi hanya dalam waktu dua hari hingga dua minggu setiap tahunnya. Kadang-kadang tanaman harus dinaungi terlebih dulu sebulan atau lebih sebelum dipetik pucuknya untuk menghasilkan White Tea, sehingga teh memiliki kadar klorofil yang rendah dan antioksidan polifenol yang lebih tinggi, namun kafeinnya sangat rendah. Teh yang sangat berharga ini dipetik secara hati-hati dengan tangan yang hanya mengambil tunas, diolah dengan standar yang sangat ketat yang diwariskan secara turun-temurun. Minimnya pemrosesan pada White Tea menjadikan White Tea sebagai teh kesehatan premium dengan kandungan antioksidan polifenol tertinggi dari semua jenis teh yang ada.

Di Cina White Tea diklasifikasikan sebagai Yin Zhen Bai Hao (Silver Needle), Bai Mu Dan (White Peony), Gongmei (Tribute Eyebrow), dan Shou Mei (Long Life Eyebrow). Saat ini permintaan akan White Tea di luar Cina seperti di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Eropa dan Jepang semakin meningkat.

Secara eksklusif, White Tea yang berasal dari zaman Dinasti Song (1279-690 SM) pada awalnya hanya dikonsumsi oleh Kaisar dan keluarganya atau pejabat kerajaan, dan hanya diproduksi secara terbatas. White Tea akan tetap menjadi teh yang eksklusif dan dinikmati di Cina saja seandainya pada tahun 1891 Cina tidak memulai ekspor komoditi teh ini ke negara-negara Asia dan Eropa yang memiliki tradisi minum teh. Sehingga dengan adanya ekspor tersebut, White Tea mulai dikenal di luar Cina dan kini White Tea boleh dinikmati siapa saja.

White Tea terbuat dari helaian pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan belum mekar yang dipetik secara hati-hati, dimana pucuk muda (biasa disebut peko) ini masih diselaputi rambut halus berwarna putih perak, sehingga memberi kesan warna putih beludru, yang nantinya bila mengering akan berubah warna menjadi putih. White Tea diproses secara alami dan minimal yaitu hanya melalui pelayuan dan pengeringan dengan bantuan angin dan sinar matahari pegunungan segera setelah proses pemetikan dilakukan, tanpa mengalami proses oksidasi/fermentasi maupun penggilingan sehingga tidak merusak bentuk teh yang sebenarnya.

Di negara asalnya Cina, rahasia proses pelayuan White Tea bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya. Seperti di daerah Fujian yang mengandalkan pada kondisi iklim serta tradisi tiap keluarga, dimana White Tea dengan grade tertinggi (supreme grade) dibuat dari hanya tunas daun teh pilihan, adapun grade dibawahnya (high grade) dibuat dari tunas daun dan 2 daun kuncup pertama, yang dipetik pada musim semi hanya dalam waktu dua hari hingga dua minggu setiap tahunnya. Kadang-kadang tanaman harus dinaungi terlebih dulu sebulan atau lebih sebelum dipetik pucuknya untuk menghasilkan White Tea, sehingga teh memiliki kadar klorofil yang rendah dan antioksidan polifenol yang lebih tinggi, namun kafeinnya sangat rendah. Teh yang sangat berharga ini dipetik secara hati-hati dengan tangan yang hanya mengambil tunas, diolah dengan standar yang sangat ketat yang diwariskan secara turun-temurun. Minimnya pemrosesan pada White Tea menjadikan White Tea sebagai teh kesehatan premium dengan kandungan antioksidan polifenol tertinggi dari semua jenis teh yang ada.

Di Cina White Tea diklasifikasikan sebagai Yin Zhen Bai Hao (Silver Needle), Bai Mu Dan (White Peony), Gongmei (Tribute Eyebrow), dan Shou Mei (Long Life Eyebrow). Saat ini permintaan akan White Tea di luar Cina seperti di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Eropa dan Jepang semakin meningkat.

Cara menikmati Rollaas White Tea adalah 2 g teh di seduh dengan secangkir air putih 80 °C, walaupun hanya dibuat dengan 2 g teh namun kandungan antioksidan dalam secangkir Rollaas White Tea setara dengan 12 gelas jus jeruk. Seduhan Rollaas White Tea menghasilkan warna putih keperakan.

Rollaas White Tea ini mempunyai aroma bunga yang sangat segar dengan citarasa yang agak manis dan ringan yang lembut di lidah, yang akan menimbulkan nuansa yang dalam disaat mereguk teh ini, sehingga mencicipi segelas Rollaas White Tea akan terasa di bawa keaslian tanaman teh yang sejati.

Mengingat rasa Rollaas White Tea yang sangat halus, disarankan untuk merebus Rollaas White Tea dalam air panas dengan suhu 76 sampai 85 derajat Celsius (170-185 derajat Fahrenheit).